STRATEGI SCALPING

Strategi Scalping: Pengertian dan Cara Trading Praktis

Scalping adalah strategi trading pada timeframe rendah dengan tujuan mendapatkan keuntungan cepat. Strategi trading forex paling populer di Indonesia ini menghasilkan frekuensi trading yang tinggi (antara puluhan hingga ratusan dalam sehari), meskipun rata-rata keuntungan per posisi trading terhitung sedikit (sekitar 5-15 pips). Trader pengguna strategi scalping disebut sebagai Scalper.

Perbedaan Scalping Dengan Strategi Forex Lainnya

Kebanyakan trader forex membiarkan posisi trading terbuka dalam kurun waktu cukup lama (antara beberapa jam hingga beberapa hari) untuk mendapatkan keuntungan pips yang besar, antara 20 hingga 1000 pips. Namun, Scalping berbeda karena mengincar keuntungan kecil yang bisa dipanen dalam hitungan menit saja.

Untuk mengkompensasi rendahnya keuntungan rata-rata per posisi, trader bisa memperbesar lot yang digunakan setiap kali trading atau meningkatkan frekuensi trading. Karenanya, seorang Scalper bisa buka-tutup posisi trading antara 10 hingga ratusan kali dalam sehari.

Scalper memerlukan ketepatan dan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk mendapat keuntungan di pasar forex yang bergerak dengan cepat. Jadi, strategi Scalping tidak dapat dilakukan selama jam kantor atau ketika trader tidak bisa fokus pada platform trading.

Cara Trading Scalping

Untuk mengaplikasikan strategi Scalping, trader perlu memperhatikan empat faktor:
  • Pastikan komputer terhubung dengan koneksi internet yang handal (tidak mudah putus atau lambat), karena strategi Scalping mengutamakan kecepatan dan presisi eksekusi.
  • Mendaftarlah ke broker forex yang memperbolehkan Scalping. Sebaiknya, broker tersebut bersistem ECN atau menggratiskan biaya komisi, dengan Floating Spread mulai dari 0 pips.
  • Pilih mata uang yang memiliki volatilitas tinggi dan spread rendah. Biasanya Major Pair, seperti EUR/USD, USD/JPY, GBP/USD, dan AUD/USD.
  • Susun sistem trading yang mampu berfungsi baik di timeframe rendah (antara M1-M30).
Ada banyak kombinasi indikator teknikal yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan strategi Scalping. Sebagai contoh, di sini kita akan menerapkan sebuah sistem yang mengombinasikan beberapa Moving Average.

Buka platform trading, pilih pasangan mata uang tertentu, lalu tentukan timeframe M1 (1 Menit). Misalnya EUR/USD, USD/JPY, atau AUD/USD. Pasang tiga indikator teknikal: Exponential Moving Average (EMA) dengan period 12, EMA dengan period 26, dan Simple Moving Average (SMA) dengan period 55. Selanjutnya, ikuti aturan:
  • Buy jika ada EMA-26 dan SMA-55 melintasi SMA-55 dari bawah ke atas. Pasang Stop Loss di bawah swing low terakhir. Tutup posisi trading ini setelah profit 5-15 pips.
  • Sell jika ada EMA-12 dan EMA-26 melintasi SMA-55 dari atas ke bawah. Pasang Stop Loss di bawah swing high terakhir. Tutup posisi trading ini setelah profit 5-15 pips.
Hasilnya seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Contoh Strategi Scalping


Perhatikan bahwa dengan setting Moving Average ini, trader sudah mendapatkan tiga peluang trading dalam tempo kurang dari tiga jam antara 05:45-07:30.

Keuntungan dan Kekurangan Scalping

Strategi Scalping tak menyisakan waktu lama bagi trader untuk risau, karena setiap posisi trading akan langsung ditutup dalam tempo singkat. Selain itu, mengejar target profit dalam jumlah kecil juga relatif lebih mudah ketimbang menantikan tercapainya target dalam jumlah besar. Namun, ada sejumlah kekurangan yang membuat Scalping kurang disukai oleh trader profesional, yaitu:
  • Strategi Scalping bisa menjadi sangat menegangkan dan berisiko tinggi, terutama bagi trader pemula yang belum tamat belajar forex. Apalagi bila jumlah lot-nya besar.
  • Mendapatkan keuntungan dalam jumlah kecil itu sepintas gampang, tetapi untuk memastikan memperolehnya secara konsisten tidaklah mudah.
  • Biaya trading sangat tinggi dan trader harus selalu mewaspadai pelebaran spread. Perlu diketahui, spread pada pasangan mata uang tertentu bisa setinggi 5-10 pips atau lebih, sehingga Scalping bukannya menghasilkan untung tapi malah buntung. Oleh karena itu, trader harus selalu mawas kalau-kalau spread mendadak melebar saat kondisi pasar cenderung volatile, serta menerapkan tatanan Money Management yang baik.