UNTUNG RUGI (CARRY TRADE)

 Untung Rugi Carry Trade


Carry Trade adalah trading dengan memanfaatkan selisih tingkat suku bunga antara dua mata uang. Carry-Trader bisa menderita kerugian jika nilai mata uang yang dipinjam untuk membiayai Carry Trade tersebut menguat, atau mata uang targetnya melemah, dan bisa jadi kombinasi dari keduanya. Kok bisa begitu? Apa itu Carry Trade? Berikut ulasan selengkapnya mengenai cara trading Carry Trade dan tips-tips untuk mendapat untung sembari menghindari rugi apabila menggunakan cara trading ini.

Cara Trading Carry Trade


Cara Trading Carry Trade

Pada intinya, Carry Trade adalah cara trading forex dengan lebih mengutamakan profit dari perbedaan tingkat suku bunga antara pasangan mata uang yang diperdagangkan, BUKAN profit dari perubahan nilai tukar antar mata uang itu sendiri. Pada saat melakukan Carry Trade, seorang trader membeli mata uang dengan tingkat suku bunga lebih tinggi, dan dalam waktu yang bersamaan menjual mata uang dengan tingkat suku bunga lebih rendah. Agar profitnya maksimal, seorang Carry-Trader membeli mata uang dengan suku bunga tertinggi dan menjual mata uang dengan suku bunga terendah.
Jika saat ini tingkat suku bunga Australia dollar adalah 3.25% per tahun dan Yen Jepang 0.1% per tahun, maka dengan buy AUD/JPY, seorang Carry-Trader akan memperoleh keuntungan dari:
  • buy AUD, trader memperoleh bunga 3.25%.
  • pada saat yang sama sell JPY, trader membayar bunga 0.1%.
Jika nilai tukar AUD terhadap JPY tetap sama, atau relatif tidak bergerak terlalu signifikan; maka dalam setahun, seorang Carry-Trader akan memperoleh profit 3.15% dari selisih bunga kedua mata uang tersebut. Jika trader tersebut trading dengan standard (regular) lot atau AUD 100,000 contract size, maka ia akan memperoleh bunga 3.15% per tahun. Jika trading dengan leverage 200:1, maka dengan margin AUD 500 akan mendapatkan AUD 3,150 dari selisih suku bunga.

Cara Trading Carry Trade



Mata Uang Untuk Cara Trading Carry Trade

  • Pasangan Mata Uang Likuid.
Mata uang yang sering ditransaksikan dalam cara trading Carry Trade terutama pasangan-pasangan mata uang mendunia dan likuid. Tujuannya agar sewaktu-waktu mudah mencari mitra, baik untuk transaksi buy maupun sell, pada level harga yang diinginkan. Termasuk diantara pasangan mata uang mendunia dan likuid ini adalah USD, GBP, JPY, AUD, CAD, CHF, dan NZD.
Suku bunga dari mata uang-mata uang negara berkembang seperti Indonesia atau Turki biasanya tinggi sekali, tetapi kurang likuid. Karenanya, di pasar jarang terjadi transaksi, dan akan sulit mencapai kesepakatan harga jual-beli pada level harga yang diharapkan.

  • Selisih Suku Bunga Tinggi Antar Mata Uang Dalam Satu Pasang.
Untuk melakukan Carry Trade, dibutuhkan dua mata uang dengan selisih suku bunga tinggi dalam satu pasangan. Seperti contoh AUD/JPY di atas tadi. Oleh karena itu, tren Carry Trade bisa berubah-ubah dari satu pair ke pair lain, sejalan dengan berubahnya suku bunga di tiap negara asal.
Beberapa tahun lalu, pasangan NZD/JPY cukup populer untuk Carry Trade. Para trader mengambil posisi buy pada pasangan mata uang ini, bukan karena pertumbuhan ekonomi Selandia Baru; melainkan karena tingkat suku bunga NZD saat itu 8%, sedangkan JPY 0.5%. Selisih bunga 7.5% ini cukup bagus bagi fund manager, belum lagi peluang memperoleh profit dari posisi buy jika NZD menguat terhadap Yen.
Namun, seiring dengan turunnya tingkat suku bunga dollar Selandia Baru (sekarang 2.5% per tahun) dan kebijakan bank sentral Australia untuk menaikkan suku bunganya secara bertahap, para Carry-Trader mulai bergeser ke AUD/JPY.

  • Nilai Tukar Antar Mata Uang Relatif Stabil.
Dengan cara trading Carry Trade pada NZD/JPY maupun AUD/JPY, fund manager bisa menuai profit lumayan, hingga terjadi krisis keuangan global pada 2008. Saat itu, dollar Australia turun tajam terhadap Yen Jepang dengan volatilitas tinggi (gambar bawah) hingga para carry trader menderita kerugian dan terpaksa keluar dari pasar. Mereka baru kembali setahun kemudian.

Untung Rugi Carry


Diberitakan juga di Bloomberg pada 13 Nopember 2012 bahwa para Carry-Trader mengalami kerugian terbesar sejak tahun 2011 akibat menguatnya US Dollar. Saat itu, US Dollar adalah salah satu mata uang favorit untuk Carry Trade di samping Yen Jepang dan Swiss Franc, karena tingkat suku bunga AS terendah kedua setelah Jepang.

Waktu Efektif Untuk Carry Trade

Meski situs berita Bloomberg menyebutnya sebagai "easy profit", tetapi cara trading Carry Trade tidak semudah perkiraan para trader pada umumnya, terutama dalam menentukan waktu yang tepat untuk masuk pasar. Para pemain besar Carry Trade dan investor yang mewakili bank atau institusi keuangan selalu melihat dan mempelajari siklus ekonomi global sebelum mengambil posisi.
Saat pertumbuhan ekonomi cukup solid dan tanpa banyak gangguan, trend pergerakan mata uang suatu negara akan cenderung menguat dan relatif stabil. Untuk jangka panjang, hal ini akan menguntungkan Carry-Trader, karena cepat atau lambat tingkat laju inflasi pasti akan meningkat, dan besar kemungkinannya suku bunga akan dinaikkan. Situasi inilah yang diantisipasi para pelaku cara trading Carry Trade mengenai perekonomian Australia ketika mereka mulai ambil posisi buy AUD/JPY beberapa tahun lalu.

Hal-Hal Merugikan Bagi Cara Trading Carry Trade

Para Carry-Trader biasanya akan keluar pasar atau menutup posisi tradingnya bila terjadi:
  • Perubahan Average Daily Range Yang Tinggi.
Volatilitas adalah faktor utama yang harus diperhatikan para Carry-Trader. Jika terjadi sentimen ekstrem pada pasar keuangan, maka volatilitas akan meningkat. Hal ini bisa diamati pada rata-rata range pergerakan harga harian (Average Daily Range).
Jika perubahan Average Daily Range makin besar, maka volatilitas juga makin tinggi. Ini bisa dipantau dengan indikator teknikal Average True Range (ATR) yang biasanya memang digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan range pergerakan harga pada suatu periode waktu tertentu.
  • Pemotongan Tingkat Suku Bunga Bank.
Jika keadaan ekonomi global sedang beresiko tinggi dan berdampak negatif pada pasar, beberapa bank sentral akan melakukan kebijakan pemotongan tingkat suku bunga. Hal ini akan menyebabkan Carry-Trader meninjau ulang posisi tradingnya yang biasanya direncanakan dalam jangka panjang.
Volatilitas akibat pemotongan suku bunga biasanya terjadi sementara (jangka pendek), tetapi karena yang dipotong biasanya adalah mata uang target Carry Trade, maka dalam jangka panjang profit akibat selisih tingkat suku bunga jelas akan berkurang. Umpama, trader melakukan buy atas AUD/JPY, tetapi kemudian bank sentral Australia memotong suku bunganya. Jelas, ini akan berimbas pada menurunnya imbal bunga Carry Trade bagi buyer AUD/JPY.
  • Intervensi Pemerintah.
Walaupun frekuensinya kecil, pemerintah bisa mengintervensi pasar forex jika nilai tukar mata uangnya dinilai terlalu kuat atau terlalu lemah sesuai dengan acuan yang diharapkan bank sentral. Dengan adanya intervensi, maka nilai mata uang akan menguat atau melemah dengan cepat. Ini tentu saja berpengaruh pada volatilitas dan nilai tukar pasangan mata uang Carry Trade.


Kesimpulan

Sentimen Market ekstrim tidak selalu terjadi, demikian pula volatilitas tinggi. Pasar forex dan pasar saham biasanya akan pulih (recover) seiring dengan meningkatnya return yang dihasilkannya. Investor biasanya menunggu keadaan yang paling cocok atau mendekati ideal untuk cara trading Carry Trade, yaitu jika kondisi perekonomian global sedang tumbuh pesat dengan tingkat suku bunga di beberapa negara sudah cukup kompetitif.