PELAKU FOREX

Pelaku Pasar Dalam Trading Forex
Siapa pelaku-pelaku dalam perdagangan forex?

Secara umum, pelaku pasar forex berasal dari berbagai golongan, termasuk Pemerintah, Bank dan Institusi Keuangan, Perusahaan Multinasional, Spekulan, Broker, dan trader forex dari kalangan orang kebanyakan seperti kita juga. Simak ulasannya di bawah ini:


pelaku pasar forex


Pemerintah

Pemerintah merupakan pelaku pasar forex paling berpengaruh. Di banyak negara, perwakilan pemerintah ini bisa dilihat pada bank sentral yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam menjalankan kebijakannya. Dan seperti kita ketahui, anggaran dana belanja suatu negara sangatlah besar, meliputi antar negara dan benua. Jadi, andil suatu pemerintahan negara sangat berpengaruh dalam pasar forex. Khususnya pemerintah dari negara adidaya, seperti Amerika Serikat.

pelaku pasar forex


Faktanya, pemain forex terbesar adalah bank-bank sentral. Setiap negara punya bank sentralnya sendiri, dan bank-bank sentral akan selalu bertindak untuk menjaga kepentingan negaranya. Bank sentral bertanggung jawab untuk mencetak uang, menarik uang, atau membeli dan menjual persediaan uang asing-nya. Karenanya, tindakan bank sentral bisa berdampak besar sekali.

Indonesia juga punya bank sentral, yaitu Bank Indonesia. Tapi, pengaruh Bank Indonesia tidak besar karena Rupiah terhitung jarang dipakai. Yang pengaruhnya besar itu bank sentral seperti Federal Reserve (The Fed, bank sentral Amerika Serikat), Bank of England (BoE, bank sentral Inggris), European Central Bank (ECB, bank sentral Uni Eropa), Swiss National Bank (SNB, bank sentral Swiss), Bank of Japan (BoJ, bank sentral Jepang), Reserve Bank of Australia (RBA, bank sentral Australia), Reserve Bank of New Zealand (RBNZ, bank sentral New Zealand), People's Bank of China (PBOC, bank sentral China), dan Bank of Canada (BoC, bank sentral Kanada). Semua bank sentral ikut bermain di pasar forex, tetapi bank-bank sentral tadi khas karena mata uangnya termasuk mata uang mayor dan punya stok dana besar.

Bank dan Institusi Keuangan

Bank dan institusi keuangan adalah peserta yang paling aktif di pasar forex. Di dalamnya ada bank sentral yang jadi perwakilan pemerintah, bank-bank swasta super besar, dan bank komersial biasa. Namun, yang menjadi pelaku pasar forex paling berpengaruh biasanya adalah bank-bank multinasional.

pelaku pasar forex


Ada 10 pemain utama dalam industri forex antara lain: Citi, JP Morgan Chase, UBS, Deutsche Bank, Goldman Sachs, Barclays, HSBC, Morgan Stanley, dan lain sebagainya. Mereka berurusan dengan lembaga keuangan ataupun bank lain untuk bertransaksi jual beli mata uang untuk memenuhi keperluan mereka sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Karena hal inilah, nilai tukar mata uang bergerak naik turun di pasar forex.

Bank merupakan pelaku pasar forex yang sangat dominan dalam perdagangan mata uang, hingga menciptakan Interbank Market (pasar antar bank). Di situ, bank-bank besar bertransaksi. Harga atau deal yang terjadi di sanalah yang menentukan nilai tukar mata uang. Hasil akhirnya, menjadi seperti yang terlihat oleh trader seperti kita di software trading. Karena pasar forex tidak terpusat (decentralized), maka wajar saja jika bank satu dengan bank lainnya punya sedikit perbedaan dalam nilai tukar.

Perusahaan Multinasional Komersial

Mereka berpartisipasi dalam pasar forex karena membutuhkan mata uang asing untuk perdagangan mereka di negara-negara lain. Misalnya, sebuah perusahaan yang berbasis di Inggris perlu menggunakan pasar valas untuk membeli mata uang yang mereka butuhkan untuk membayar perusahaan mitra mereka di negara lain yang menjual alat-alat berat. Namun, perlu diingat bahwa perusahan komersial juga masih membutuhkan bantuan bank-bank agar bisa berpartisipasi sebagai pelaku pasar forex.

pelaku pasar forex


Spekulan

Yang dimaksud spekulan di sini bisa berwujud badan atau perusahaan swasta yang bergerak di bidang finansial (pengembangan dana) dan mereka biasanya juga memiliki kemampuan finasial yang tidak terbatas. Jadi, spekulan ini berusaha mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dari pasar perdagangan. Salah satu spekulan yang paling terkenal mungkin George Soros. Miliuner yang sangat terkenal ini berspekulasi pada penurunan British Pound yang menghasilkan uang 1.2 milliar dollar kurang dari sebulan! Beberapa pengkritik mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bertanggung jawab atas krisis keuangan Asia akhir 90-an.

George Soros
George Soros, pelaku pasar forex terkemuka dan salah satu spekulan paling sukses di dunia.


Broker

Broker forex adalah pihak yang biasanya berupa perusahaan, institusi, agen, ataupun individu yang didirikan untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Broker forex merupakan pelaku pasar forex dengan posisi strategis, karena mereka meneruskan dan mengatur permintaan trading dengan volume kecil (ritel) kepada institusi keuangan yang lebih besar. Sehingga nantinya, setiap permintaan trader bisa diakomodasi di pasar forex yang lebih masif.

pelaku pasar forex


Berkat adanya broker, trader tak harus bermodal besar-besaran. Modal yang diperlukan untuk menjadi pelaku pasar forex pun mengecil, sedangkan potensi profit tetap sama besarnya.

Trader Forex Ritel

Siapa trader forex ritel? Itu bisa jadi Anda, saudara Anda, tetangga Anda, atau siapa saja orang kebanyakan yang tak memiliki modal jutaan dolar, tetapi ingin turut mendapatkan keuntungan di pasar forex. Trader forex ritel ini jumlahnya banyak sekali di seluruh dunia, dan semuanya bertransaksi melalui perantaraan broker.

pelaku pasar forex


Sehubungan dengan perkembangan teknologi, broker forex sekarang sudah online. Trader seperti kita bahkan bisa melakukan tradingnya dari rumah menggunakan jasa broker forex, dengan modal serendah puluhan hingga ratusan dolar saja. Untuk bisa mahir, pembelajaran bisa dilakukan secara online, misalnya dengan materi belajar forex di sini. Alternatifnya, langsung mendaftar ke salah satu broker forex populer, lalu belajar trading dengan perangkat akun demo dan dana virtual yang disediakan broker.



Pengaruh Bank Sentral Dalam Pasar Forex

 Bank sentral suatu negara adalah bagian dari pemerintah, bukan seperti bank komersial pada umumnya yang berorientasi pada profit dengan menginvestasikan asset-assetnya. Bank sentral didirikan pemerintah untuk mengatur dan mengawasi bank-bank komersial dan lembaga keuangan guna mencegah akibat kinerja yang buruk. Di samping itu bank sentral juga bertugas melaksanakan fungsi pemerintah dalam melaksanakan sistem moneternya guna memenuhi target besaran ekonomi yang hendak dicapai.

Bank sentral negara-negara yang mata uangnya banyak diperdagangkan di pasar forex antara lain adalah:
  • The Federal Reserve (The Fed) adalah bank sentral Amerika Serikat
  • Bank of England (BoE) adalah bank sentral Inggris
  • Bank of Japan (BoJ) adalah bank sentral Jepang
  • European Central Bank (ECB) adalah bank sentral negara-negara Uni Eropa yang menggunakan mata uang Euro
  • Swiss National Bank (SNB) adalah bank sentral Swiss
  • Bank of Canada (BoC) adalah bank sentral Canada
  • Reserve Bank of Australia (RBA) adalah bank sentral Australia
  • Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) adalah bank sentral Selandia Baru

Peran Bank Sentral

Bank sentral sangat berperan dalam menentukan arah perekonomian suatu negara. Meski statusnya independen, bank sentral bertanggung jawab terhadap kelangsungan sistem keuangan negara. Tugas utama bank sentral adalah:
  • Menjaga kestabilan sistem keuangan negara dengan fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga keuangan.
  • Memperlancar lalu lintas pembayaran dengan menerbitkan uang kartal dan melaksanakan kliring antar bank umum / komersial.
  • Memelihara rekening pemerintah dan memberikan pinjaman kepada pemerintah jika diperlukan.
  • Sebagai agen peredaran surat berharga pemerintah.
  • Memelihara cadangan devisa negara.
  • Sebagai lender of the last resort atau pemberi bantuan darurat pada bank umum / komersial dan lembaga keuangan.
  • Menentukan kebijakan moneter guna mencapai target inflasi, tingkat pengangguran dan target pertumbuhan ekonomi dengan menyesuaikan besarnya suku bunga, menambah atau mengurangi peredaran uang dengan membeli atau menjual surat berharga atau bond.
Dalam pasar forex yang mengambil keuntungan dari penguatan atau pelemahan suatu mata uang, pengaruh kebijakan moneter dari bank sentral tentu sangat besar. Selain itu, bank sentral juga berkepentingan terhadap penguatan atau pelemahan mata uang.
Ketika tingkat inflasi sedang tinggi, bank sentral cenderung akan menaikkan tingkat suku bunganya sehingga nilai mata uang negara tersebut menguat. Sebaliknya jika terjadi deflasi seperti di Jepang, dimana tingkat harga-harga di level konsumen terus turun karena mata uang Yen yang terus menguat, bank sentral berkepentingan untuk melemahkan nilai Yen dengan menurunkan suku bunga atau membeli surat berharga berupa bond (obligasi) dalam jumlah besar.

Karena pengaruh kebijakan bank sentral cukup tinggi terhadap pergerakan harga suatu pasangan mata uang, maka trader forex harus mencermati kebijakan apa saja yang sedang diterapkan dan langkah apa saja yang akan diambil oleh bank sentral, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pernyataan, isi pidato atau kata-kata saat konperensi pers petinggi bank sentral juga penting untuk diperhatikan. Seperti beberapa kali terjadi, mata uang Euro berfluktuasi dengan signifikan saat gubernur ECB Mario Draghi memberikan konperensi pers, atau US dollar yang mendadak melemah saat kepala The Fed Ben Bernanke memberikan suatu pernyataan.

Mengenal European Central Bank (ECB)


Bank sentral negara-negara mata uang utama perlu diketahui para trader forex karena kebijakannya sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara tersebut. Jika kebijakan bank sentral suatu negara mendukung penguatan mata uangnya, maka akan banyak investor yang tertarik untuk membeli mata uang negara tersebut, dan sebaliknya.
Bank sentral negara mata uang utama yang paling muda adalah milik negara-negara Uni Eropa, yaitu European Central Bank (ECB). Anggotanya terdiri dari negara-negara Uni Eropa yang menggunakan mata uang Euro, atau lazim disebut dengan kawasan Euro (Euro Zone).

European Central Bank

Untuk mengetahui pengaruh bank sentral dalam pasar forex, pertama kita perlu tahu tugas utama bank sentral tersebut dan besaran ekonomi yang dianggap penting, kedua: mengetahui jadwal meetingnya sebagai antisipasi dalam rencana trading kita, dan ketiga: mengetahui tindakan apa saja yang biasanya dilakukan bank sentral sehingga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.

Latar Belakang ECB

Aspek yang unik dari kawasan Euro adalah bahwa negara-negara anggota tersebut sepakat untuk mengelola kebijakan moneternya dengan membentuk sebuah bank sentral. Kawasan Euro saat ini terdiri atas 18 negara dimana Latvia masuk sebagai anggota sejak 1 Januari 2014. Berikut map kawasan Euro dimana tidak semua negara yang tergabung dalam Uni Eropa menjadi bagian dari ECB.

Mengenal European Central Bank

Tugas ECB

ECB adalah bank sentral yang mempunyai satu tugas, yaitu menjaga tingkat inflasi. Oleh karena itu, ketika data Consumer Price Index (CPI) kawasan tidak seperti yang diharapkan seperti terjadi pada Oktober 2013, maka para pelaku pasar mulai menjual Euro dengan asumsi ECB akan mengambil tindakan yang akan berakibat pada melemahnya nilai tukar Euro.
Pada website ECB tertulis bahwa fokus bank sentral adalah kestabilan harga, yang sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Target inflasi yang diharapkan ECB dalam jangka menengah adalah sekitar 2.0%.
Jika tingkat inflasi kawasan ternyata jauh lebih rendah atau jauh lebih tinggi dari angka target, maka ECB akan bertindak dengan mengambil kebijakan moneter tertentu. Seperti yang terjadi pada tahun 2009 hingga 2011 ketika inflasi naik, ECB dengan presidennya Jean Claude Trichet waktu itu menaikkan tingkat suku bunga hingga membuat nilai tukar mata uang Euro menguat.

Namun demikian, ECB kembali menurunkan suku bunganya ketika terjadi krisis hutang yang dialami sebagian anggotanya. Krisis hutang kawasan mulai terjadi pada akhir tahun 2008 yang menimpa Yunani, Spanyol, Portugal, Irlandia dan Italia. Yield bond negara-negara tersebut sangat rendah untuk kembali memperpanjang hutangnya sehingga ECB mesti turun tangan memberikan bantuan dana (bail out).

Mengenal European Central Bank

Kenaikan suku bunga membuat Euro menguat seperti tampak pada chart EUR/USD di atas. Namun, ketika terjadi tekanan ekonomi global dimana nilai tukar mata uang yang kuat tidak menguntungkan sektor perdagangan (terutama ekspor), maka ECB kembali menurunkan tingkat suku bunganya, sehingga EUR berbalik melemah.

Selain itu, ECB juga pernah menaikkan stock mata uang Euro-nya sebagai cadangan devisa bank sentral negara-negara lain seperti tampak pada gambar chart di atas. Hal itu mengakibatkan naiknya nilai tukar EUR terhadap USD. Untuk menjaga agar mata uang Euro tidak terlalu mahal, tampaknya saat ini ECB membuat patokan nilai tukar EUR/USD maksimal pada level 1.4000, dan jika melebihi nilai tersebut, maka ECB akan bertindak untuk memperlemah EUR agar tetap kompetitif.
Jika dirangkum, berikut adalah garis besar informasi penting mengenai ECB:

Infografi ECB


Memahami Kebijakan Bank Sentral: Suku Bunga, Stimulus, Dan Intervensi

 Setiap negeri memiliki Bank Sentralnya sendiri yang berperan sebagai "Bank-nya Bank" sekaligus sebagai otoritas moneter. Bank Sentral biasanya memiliki mandat untuk menerbitkan uang, menarik uang dari peredaran, dan kebijakan-kebijakan lainnya guna menjaga stabilitas ekonomi dan moneter suatu negara. Oleh karena itu, kebijakan Bank Sentral sangat mempengaruhi nilai tukar mata uang negaranya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bank Sentral dapat menggunakan beberapa instrumen. Diantaranya yang paling populer adalah suku bunga dan operasi pasar terbuka. Namun selain melakukan kebijakan dengan kedua instrumen tersebut, Bank Sentral juga bisa melakukan intervensi nilai tukar, dan intervensi verbal.

Instrumen Kebijakan Bank Sentral

Suku Bunga

Bank Sentral memiliki wewenang untuk menetapkan suku bunga acuan yang kemudian akan dijadikan dasar dalam mengkalkulasi yield obligasi, return aset, juga bunga di pasar interbank. Perubahan imbal hasil aset-aset tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi minat investor untuk memegang suatu mata uang. Oleh karena itu, kenaikan dan pemangkasan suku bunga bisa berdampak besar di pasar forex.

Kenaikan suku bunga merupakan bagian dari pengetatan moneter yang dilakukan saat laju inflasi dinilai tinggi. Tujuannya bisa jadi ada dua, yaitu untuk mencapai target inflasi yang telah ditentukan dengan membendung kenaikan harga-harga, atau untuk membendung arus capital outflow (pelarian dana modal ke luar negeri).

Sedangkan pemangkasan suku bunga dilakukan dalam upaya pelonggaran moneter yang dilakukan saat inflasi dianggap rendah (deflasi atau disinflasi). Tujuan utamanya adalah agar harga-harga naik dan mencapai target inflasi. Pemangkasan suku bunga juga bisa jadi dilakukan dengan tujuan agar nilai tukar mata uangnya melemah dan daya saing ekspor meningkat.

Contoh:
  • Bank Indonesia (BI) sudah sering menggunakan suku bunga untuk mendukung pencapaian inflasi, biasanya dengan menaikkan suku bunga saat laju inflasi melampaui target dan capital outflow mengancam Indonesia.
  • Pada awal tahun 2014 the Fed mulai menyingkirkan kebijakan moneter longgarnya (stimulus/QE). Upaya the Fed untuk memperketat moneter telah diperkirakan akan mengarah pada kenaikan bunga, sehingga Turki kuatir akan terjadi capital outflow besar-besaran dari negaranya ke aset berdenominasi Dolar AS. Karena itu, bank sentral Turki, Türkiye Cumhuriyet Merkez Bankasi (TCMB) sempat menaikkan suku bunga secara drastis dari 4.5% menjadi 10%.
  • Federal Reserve AS (The Fed) telah mempertahankan suku bunga pada level rendah 0.25% sejak Desember 2008 (puncak krisis Subprime Mortgage) dalam upaya untuk menahan kejatuhan pasar finansial melalui kebijakan moneter longgar. Setelah Amerika Serikat mengalami pemulihan secara bertahap dan laju inflasi perlahan menanjak, pada tahun 2015 ini Fed berencana untuk menaikkan suku bunganya.
Jenis Kebijakan Moneter Bank Sentral

Operasi Pasar Terbuka

Operasi pasar terbuka merujuk pada kebijakan yang dilakukan bank sentral dengan mencetak uang untuk membeli sekuritas guna menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian (stimulus). Ini merupakan salah satu kebijakan moneter longgar. Bank Sentral juga bisa mengambil langkah kebalikannya dalam kerangka pengetatan moneter, yaitu dengan melakukan penjualan sekuritas untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.

Saat menjalankan kebijakan moneter longgar, pencetakan uang oleh Bank Sentral secara efektif meningkatkan besaran dana dalam neraca (balance sheet)-nya, sehingga kadang juga disebut sebagai upaya "memperluas" balance sheet. Pembelian sekuritas biasanya disertai persyaratan tertentu, sehingga tidak semua sekuritas yang ada di pasaran akan dibeli oleh Bank Sentral yang menjalankan Operasi Pasar Terbuka.

Sejumlah variasi penggunaan operasi pasar terbuka yang paling banyak diperbincangkan adalah yang dilakukan oleh The Fed, Bank of Japan, dan European Central Bank.
  • Quantitative Easing (QE) The Fed
Dalam Quantitative Easing, The Fed selaku bank sentral AS mencetak uang untuk membeli obligasi pemerintah yang dipegang oleh para pemain pasar. Dengan cara ini, the Fed bermaksud mengalirkan likuiditas ke bank-bank agar mereka dapat menyalurkannya lagi ke masyarakat dalam bentuk pinjaman dan sejenisnya yang bisa menggenjot gairah ekonomi.
  • Stimulus Bank of Japan (BoJ)
Walaupun QE The Fed lebih tenar, tetapi sebenarnya pelopor Quantitative Easing adalah bank sentral Jepang yang telah melaksanakannya sejak 2010-2011. Dalam skema ini, Bank of Japan melakukan pembelian puluhan triliun Yen obligasi setiap tahunnya dalam upaya meningkatkan jumlah uang beredar, serta mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
  • Long Term Refinancing Operations (LTRO) ECB
Sebagai bank sentral wilayah Euro, ECB "meminjamkan" dana ke bank-bank zona Euro dengan suku bunga super rendah dengan tujuan agar bank-bank itu bisa menghasilkan profit dari pasar finansial maupun menyalurkannya dalam bentuk pinjaman ke masyarakat. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka pendek yang biasanya harus dikembalikan dalam 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Namun karena LTRO kurang berhasil, maka ECB kemudian meluncurkan program Targeted Long Term Refinancing Operations (TLTRO) pada tahun 2014. Berbeda dengan LTRO, TLTRO khusus ditujukan agar bank-bank meningkatkan pinjaman ke sektor riil saja, dan masa pengembalian pinjaman lebih panjang (jatuh tempo pada September 2018).

Intervensi Nilai Tukar

Dalam perannya sebagai otoritas moneter, Bank Sentral juga memantau nilai tukar. Nilai tukar mata uang sangatlah vital  dalam mendukung daya saing suatu negara, mencegah defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan, serta menjaga stabilitas makroekonomi. Oleh karena itu, bank sentral sering pula melakukan intervensi guna memperkuat ataupun memperlemah nilai tukarnya.

Ilustrasi Intervensi Mata Uang
Ilustrasi Intervensi Mata Uang oleh Bank Sentral yang Ditujukan Untuk Memperkuat Nilai Tukar

Ketika nilai tukar menguat secara berlebihan, maka bank sentral akan berupaya untuk melemahkannya, agar daya saing produknya tidak jatuh dan membawa konsekuensi yang tidak diharapkan. Sedangkan bila nilai tukar negaranya melemah secara drastis, bank sentral sekali lagi akan turun tangan untuk mencegahnya merosot lebih jauh. Intervensi ini biasanya dilakukan dengan membeli atau menjual mata uang asing dengan mata uang yang dicetaknya sendiri.

Bank sentral terkemuka yang terhitung paling sering melakukan intervensi nilai tukar adalah Swiss National Bank (SNB). Dulu, karena nilai tukar CHF melesat kuat dibanding Euro, maka SNB kuatir daya saing Swiss akan goyah, sehingga pada tahun 2011 menetapkan patokan nilai 0.7 CHF terhadap Euro. Guna menjaga nilai tukar CHF di level itu, SNB secara reguler mencetak CHF dan melakukan pembelian Euro. Dengan demikian, SNB mempermurah CHF dan mempermahal Euro. Baru-baru ini patokan tersebut sudah dilepas, dan SNB tengah mempertimbangkan bentuk intervensi yang berbeda guna menjaga nilai tukar CHF tetap di level rendah.

Sebaliknya, Bank Indonesia seringkali melakukan intervensi untuk memperkuat Rupiah. Bank Indonesia tidak menjaga nilai tukar dalam patokan tertentu seperti SNB, melainkan mencegah Rupiah menjadi kelewat lemah dibanding kondisi fundamentalnya. Dalam tahun 2014, misalnya, Bank Indonesia sempat intervensi saat Rupiah berada di kisaran 12,500an per Dolar AS hingga Rupiah menguat ke kisaran 12,300an, tetapi belakangan BI baru intervensi ketika Rupiah sudah mendekati 13,000an per Dolar AS. Ini karena keseimbangan nilai tukar Rupiah secara fundamental telah bergeser, sedangkan BI memilih waktu intervensi yang tepat bukan berdasarkan patokan level tertentu melainkan berdasarkan kondisi ekonomi terkini.

Intervensi Verbal

Intervensi verbal, atau kadang disebut juga moral suasion atau himbauan. Himbauan disini bisa bermacam-macam. Ini dapat berupa himbauan moral agar masyarakat tidak melakukan tindakan yang berpotensi mendepresiasi nilai tukar, atau sebaliknya, jawboning (penyampaian pernyataan yang mendorong nilai tukarnya jatuh), atau jenis pernyataan lainnya.

Pimpinan Bank Sentral
Pimpinan Bank Sentral Terkemuka. Dari kiri ke kanan: Janet Yellen (the Fed), Haruhiko Kuroda (BoJ), dan Mario Draghi (ECB). 

Intervensi verbal dimungkinkan terjadi karena para pelaku pasar finansial selalu mengamati pernyataan-pernyataan pemuka bank sentral, dan beraksi atas pernyataan-pernyataan itu. Pada Juli 2014 misalnya, ketua The Fed AS, Janet Yellen, mengatakan bahwa harga saham bioteknologi dan sosial media di bursa AS sudah terlalu mahal. Akibatnya, bursa langsung jatuh dengan harga saham Twitter, Facebook, dan LinkedIn masing-masing merosot hingga 1%.

Reaksi semacam itu membuat pernyataan-pernyataan pimpinan bank sentral menjadi sesuatu yang layak diwaspadai. Sepanjang tahun 2014, misalnya, pimpinan Reserve Bank of Australia (RBA) berulang kali mendorong jatuh nilai tukar Dolar Australia dengan statemen-statemen yang bernada negatif (jawboning). Pidato pimpinan bank sentral pun biasanya ditandai dengan banteng tiga (berpengaruh tinggi) dalam kalender fundamental forex, seperti halnya rapat kebijakan bank sentral yang biasanya akan menghasilkan keputusan terkait suku bunga dan operasi pasar terbuka.