Di masa lalu, data neraca perdagangan berdampak tinggi pada pasar forex mengingat pengaruhnya yang langsung pada nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara partner dagangnya. Namun, pada dekade terakhir ini pengaruhnya tampak semakin berkurang seiring dinamika pasar, dibandingkan dengan indikator fundamental lainnya yang lebih berdampak pada perekonomian. Namun demikian, dalam jangka pendek, dampak neraca perdagangan masih terlihat pada pergerakan nilai tukar mata uang, terutama jika data yang dirilis menyimpang jauh dari perkiraan para pelaku pasar.
Pengertian Neraca Perdagangan
Secara sederhana, neraca perdagangan atau trade balance adalah selisih nilai total ekspor suatu negara dikurangi dengan nilai total impornya. Karenanya, ada dua situasi dalam neraca perdagangan, yaitu situasi Neraca Perdagangan Surplus dan Defisit.Setiap negara akan mempublikasikan laporan neraca perdagangan secara berkala, biasanya dalam tempo bulanan atau kuartalan. Hasilnya diamati oleh pemerintah, bank sentral, investor, spekulan, dan para pemain pasar lainnya sebagai bahan pertimbangan. Selain itu, kondisi surplus atau defisit juga bisa berdampak pada nilai tukar mata uang.
Dampak Neraca Perdagangan Surplus
Jika nilai total ekspor suatu negara lebih besar dari nilai total impornya, maka neraca perdagangan dikatakan mengalami surplus. Dalam hal ini artinya negara tersebut mampu menjual produk-produk yang dihasilkan dengan nilai total lebih banyak dari nilai total barang dan jasa yang dibelinya dari negara-negara lain. Pendapatan yang diperoleh dari total ekspor lebih besar dari pengeluaran untuk impor, sehingga mengalami surplus.Secara umum, hal ini berarti perekonomian negara tersebut relatif lebih kuat dibandingkan negara partner dagangnya. Sebagai dampak neraca perdagangan surplus, nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat terhadap negara partner dagang.
Dalam jangka panjang, nilai tukar akan makin menguat jika negara tersebut mampu mempertahankan kondisi surplus neraca perdagangannya. Di sisi lain, penguatan nilai tukar mata uang bisa mengakibatkan harga produk-produk yang diekspor lebih mahal dari produk-produk yang diimpor, sehingga berimbas pada penurunan daya saing produk ekspor negara tersebut. Oleh karena itu, guna menjaga surplus perdagangan, pemerintah perlu mengendalikan kekuatan nilai tukar mata uangnya agar tak menguat secara berlebihan.
Dampak Neraca Perdagangan Defisit
Sebaliknya, jika total pengeluaran suatu negara untuk impor lebih besar dari total yang diperolehnya dari ekspor, maka artinya negara tersebut membeli lebih banyak produk-produk dari negara partner dagangnya dibandingkan negara tersebut menjual produk-produknya ke negara lain. Dalam hal ini neraca perdagangan dikatakan mengalami defisit.Secara umum, hal ini berarti perekonomian negara partner dagang relatif lebih kuat dibandingkan negara tersebut. Sebagai dampak neraca perdagangan defisit, mata uang negara partner dagang cenderung menguat, sedangkan mata uang negara tersebut cenderung melemah terhadap mata uang negara partner dagang.
Pelemahan nilai tukar mata uang dalam jangka panjang bisa mengakibatkan harga produk-produk yang diimpor dari mancanegara menjadi lebih mahal dibanding produk-produk yang diekspor. Jika kondisi ini dimanfaatkan dengan baik, negara tersebut semestinya dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor dan menggenjot ekspor, agar ke depan tak lagi mengalami defisit. Namun, jika impor tetap tinggi, maka lama-kelamaan bisa menggerogoti kekayaan negara karena harus membayar lebih banyak kepada pihak lain, sementara pendapatan minim.
Perlu untuk diketahui juga. Negara dengan neraca perdagangan defisit akan cenderung untuk memperlemah (men-devaluasi) nilai tukar mata uangnya agar bisa membuat harga produk-produk ekspornya lebih kompetitif. Produk-produk ekspor yang lebih kompetitif diharapkan akan meningkatkan volume ekspor, dan pada akhirnya mempersempit defisit neraca perdagangan. Jika nanti neraca perdagangan kembali surplus, maka dalam jangka panjang, nilai tukar mata uang negara tersebut dapat kembali menguat.
Secara garis besar, berikut adalah deskripsi umum mengenai dampak neraca perdagangan terhadap nilai tukar mata uang:
6 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang
Di samping tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata uang sering digunakan untuk mengukur level perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar bebas. Bagi perusahaan investasi dan investor mancanegara, nilai tukar mata uang akan berdampak pada return dan portofolio investasinya.Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih murah, dan sebaliknya. Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang antara dua negara:
1. Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara
Suatu negara dengan tingkat inflasi konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara
Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan
antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang
dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara
tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan
dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal
ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner
dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap
negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana
nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner
dagang.4. Hutang Publik (Public Debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.5. Ratio Harga Ekspor Dan Harga Impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.6. Kestabilan Politik Dan Ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.Secara keseluruhan, berikut adalah infografi yang merangkum penjelasan mengenai 6 faktor penggerak nilai tukar mata uang:
Dalam trading forex, mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang saja tidak cukup bila Anda belum tahu cara analisisnya. Untuk itu, perdalam ilmu Anda dengan mengetahui cara benar menganalisis fundamental.