Analisa Intermarket adalah salah satu metode analisis pergerakan harga yang menelaah hubungan dan interaksi antara empat kelompok aset finansial utama, yaitu saham, obligasi, komoditas, dan mata uang (forex). Para trader forex profesional selalu menerapkan analisa intermarket guna memaksimalkan keuntungan serta mengurangi resiko akibat pengaruh pasar yang lain terhadap pasar forex. Selain itu, trader forex juga bisa melakukan hedging posisi tradingnya dengan masuk pada pasar yang memperdagangkan jenis aset finansial berbeda.
Analisa intermarket didasarkan pada premise bahwa pasar forex tidak terisolasi dan bergerak sendiri, melainkan merupakan bagian dari dinamika ekonomi global dan berbagai jenis pasar yang turut mempengaruhinya. Oleh karena itu, dengan mencermati pergerakan harga di berbagai jenis pasar, kita bisa memperoleh petunjuk mengenai arah gerakan suatu pasangan mata uang.
Pada umumnya, analisa intermarket dalam trading forex dilakukan dengan memperhatikan pergerakan indeks harga saham, obligasi, dan harga komoditi utama dunia. Dengan mengetahui pengaruh masing-masing jenis pasar tersebut terhadap pasar forex, kita bisa memperoleh sinyal guna memprediksi arah gerakan suatu pasangan mata uang tertentu.
Prinsip Dasar Analisa Intermarket
- Dalam pasar keuangan dunia, ada empat instrumen yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu indeks harga saham, harga dan yield obligasi (obligasi pemerintah atau obligasi korporasi besar), harga komoditi utama dunia, serta pasangan beberapa mata uang utama (terhadap USD maupun cross currency).
- Indeks harga saham digunakan untuk mengetahui arah perputaran uang dalam ekonomi global. Dalam keadaan normal, jika indeks harga saham suatu negara menguat, maka nilai mata uang negara tersebut juga akan menguat. Demikian pula sebaliknya.
- Harga obligasi dan yield obligasi digunakan untuk mengetahui gambaran pergerakan tingkat suku bunga suatu negara.
- Harga komoditi utama dunia digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat inflasi, serta tingkat permintaan dan penawaran (demand and supply) pada beberapa negara eksportir-importir utama komoditi dunia.
Hubungan Antara Saham Dan Pasar Mata Uang
Analisa intermarket seringkali bermula dari indeks harga saham. Pasar saham adalah acuan utama pasar keuangan, sedangkan indeks harga saham mewakili tingkat harga saham-saham utama (blue chips) suatu negara. Untuk membeli saham suatu negara, kita harus menggunakan mata uang negara tersebut. Untuk melakukan investasi pada saham-saham utama Jepang, investor dari Eropa harus menukarkan mata uang Euro-nya dengan Yen Jepang. Permintaan Yen Jepang yang meningkat menyebabkan nilai tukarnya naik. Sebaliknya, penjualan mata uang Euro menyebabkan supply-nya meningkat, sehingga nilai tukarnya berkurang.
Jika prospek pasar saham suatu negara bagus, maka aliran dana yang cukup besar akan masuk ke negara tersebut hingga memperkuat nilai tukar mata uangnya. Sebaliknya, jika pasar saham memburuk, maka para investor akan memindahkan dananya ke negara lain yang prospek pertumbuhannya sedang bagus, sehingga mata uang negara tersebut akan melemah.
Sebagai trader di pasar forex, Anda seharusnya juga mengikuti kondisi bursa di beberapa negara ekonomi utama dunia. Aliran uang akan terjadi pada negara yang indeks harga sahamnya sedang melemah ke negara yang indeks harga sahamnya sedang menguat. Itulah sebabnya indeks harga saham yang meninggi akan diikuti oleh penguatan nilai mata uang; demikian pula sebaliknya. Jika Anda membeli mata uang suatu negara yang prospek pasar sahamnya bagus dan menjual mata uang suatu negara yang kondisi pasar sahamnya sedang memburuk, maka tentu Anda akan dapat meraup keuntungan.
Walau demikian, keadaan seperti di atas hanya bisa terjadi dalam kondisi perekonomian global yang normal. Apabila perekonomian dunia dalam kondisi krisis atau resesi global, keadaan sebaliknya bisa saja terjadi. Sebagai contoh, korelasi antara indeks harga saham Nikkei dan USD/JPY (gambar bawah).
(Baca juga: Korelasi Antara Forex Dan Pasar Saham)
Sebelum resesi ekonomi global yang dimulai tahun 2007, indeks harga saham Nikkei dan mata uang JPY searah, atau dengan kata lain, indeks Nikkei dan USD/JPY bergerak berlawanan (korelasi negatif). Dengan demikian, maka jika indeks Nikkei menguat maka JPY juga menguat (USD/JPY melemah). Namun, setelah terjadi krisis keuangan yang diikuti oleh resesi global, korelasi indeks Nikkei dan USD/JPY berubah menjadi positif yang berarti jika indeks Nikkei menguat maka JPY melemah (USD/JPY menguat).
Ketika pasar saham suatu negara yang diwakili oleh indeks harga saham menguat, maka tingkat kepercayaan investor terhadap negara tersebut sedang meningkat, sehingga aliran investasi asing yang masuk ke negara tersebut akan menyebabkan meningkatnya permintaan mata uang lokal hingga nilai tukarnya menguat. Sebaliknya, ketika harga-harga saham lokal mulai jatuh, kepercayaan investor asing menurun, sehingga mereka menukarkan kembali investasi mata uang lokal ke mata uang asal. Akibatnya, nilai tukar mata uang lokal akan melemah. Fenomena ini bisa dilihat pada dinamika naik turunnya perekonomian Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.
Setiap timbul gejolak di pasar finansial, yang terpukul duluan adalah pasar saham, baru kemudian pasar obligasi dan nilai tukar mata uang. Sedangkan pasar saham di seluruh dunia umumnya bergerak ke arah yang sama atau mempunyai korelasi positif. Ketika terjadi krisis ekonomi global, harga saham-saham di berbagai negara akan berjatuhan. Sebagai contoh, berikut korelasi antara indeks saham Dow Jones (AS) dan indeks saham Nikkei (Jepang).
Beberapa indeks harga saham penting dunia yang perlu diperhatikan sebagai indikator utama dalam analisa intermarket adalah:
- Dow Jones Industrial Average (DJIA, atau Dow Jones) - Amerika Serikat
- Standard & Poor 500 (S&P 500) - Amerika Serikat
- National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ) - Amerika Serikat
- Nikkei - Jepang
- Deutscher Aktien Index (DAX) - Jerman
- Dow Jones Euro Stoxx 50 (Euro Stoxx 50) - Kawasan Euro
- FTSE - UK
- Hang Seng - Hong Kong
Obligasi Dalam Pasar Keuangan Global
Saat ini pasar obligasi (bond) merupakan salah satu bagian inti dari sistem pasar keuangan global, sehingga menjadi salah satu pusat perhatian para trader forex dalam analisa intermarket. Sebuah obligasi adalah tanda bukti bahwa investor telah setuju untuk memberikan sejumlah dana pinjaman kepada pemerintah suatu negara (untuk obligasi pemerintah atau government bond) atau sebuah badan hukum (untuk obligasi perusahaan atau institusi), dengan batas waktu pengembalian dan tingkat suku bunga yang telah ditentukan oleh penerbitnya. Dalam hal ini, investor adalah pembeli obligasi, yang akan memperoleh pembayaran kembali dana pokoknya setelah jatuh tempo.Waktu jatuh tempo obligasi bisa beberapa bulan hingga lebih dari 50 tahun. Pembayaran bunga bisa dilakukan dalam periode waktu tertentu sesuai ketentuan (misalnya dua atau satu kali setahun). Bunga yang dibayarkan merupakan keuntungan yang diperoleh investor, atau disebut yield obligasi. Karena obligasi biasanya diperdagangkan di pasar sekunder, maka harga dan yield-nya bisa berubah-ubah.
Perubahan yield obligasi sejalan dengan perubahan tingkat suku bunga bank sentral. Jika suku bunga bank naik, maka yield obligasi naik; demikian pula sebaliknya. Jika yield obligasi naik, maka harga obligasi tersebut akan turun seperti ilustrasi berikut (karakteristik sebenarnya tidak mesti seperti gambar, hanya sebagai illustrasi).
Obligasi pemerintah (government bond/sovereign bond) selalu dianggap sebagai alat investasi yang paling aman. Satu-satunya yang menyebabkan kerugian dalam investasi pada obligasi pemerintah adalah bila pemerintahan negara tersebut bangkrut sehingga terjadi gagal bayar. Untuk negara besar seperti AS, Jerman atau Jepang, hal tersebut sangat kecil kemungkinannya. Selain itu, yield obligasi pemerintah bisa digunakan sebagai prediksi arah kebijakan tingkat suku bunga bank negara tersebut.
Hubungan Yield Obligasi Dengan Nilai Tukar Mata Uang
Yield obligasi (bond yield) bisa digunakan sebagai indikator untuk pasar modal. Yield Obligasi AS mengindikasikan kondisi pasar modal AS, sehingga juga mencerminkan permintaan mata uang US dollar. Tingkat suku bunga bank menggambarkan tingkat inflasi. Jika suku bunga bank naik, yield obligasi naik dan harga bond turun. Kenaikan tingkat suku bunga bank akan menyebabkan nilai tukar mata uang menguat.Jadi meningkatnya yield obligasi (atau turunnya harga bond) menyebabkan apresiasi nilai tukar mata uang. Keadaan ini bisa terjadi pada kondisi ekonomi dengan inflasi positif (normal). Pada keadaan perekonomian yang sedang deflasi, maka akan terjadi pergeseran atau perubahan hubungan antar parameter tersebut diatas
Selisih Yield Obligasi Antar Negara
Bond Spread adalah selisih yield obligasi antara dua negara. Selisih atau spread ini bisa saja mendorong investor melakukan praktek carry trade. Karenanya, dengan selalu mencermati spread obligasi dan perubahan tingkat suku bunga, maka kita akan bisa memprediksikan arah pergerakan pasangan mata uang. Ketika spread obligasi antara kedua negara melebar, mata uang negara dengan yield obligasi lebih tinggi akan menguat terhadap mata uang negara yang yield obligasinya lebih rendah.Sebagai contoh berikut adalah spread antara obligasi terbitan pemerintah Australia dan Amerika Serikat (masing-untuk jangka waktu 10 tahun), dan nilai tukar AUD/USD:
Ketika spread obligasi naik dari 0.5% ke 1% dari tahun 2002 hingga 2004, AUD/USD naik hampir 50%, dari level 0.5000 ke 0.7000. Pada tahun 2007, ketika spread obligasi meningkat dari 1% ke 2.5%, AUD/USD naik dari 0.7000 ke sekitar level 0.9000, sebesar kira-kira 2000 pips.
Komoditi Utama Dan Mata Uang
Jenis komoditi utama dunia yang mempengaruhi nilai tukar mata uang dan penting diamati dalam konteks analisa intermarket adalah emas (gold) dan minyak mentah (crude oil). Seperti telah diulas dalam artikel mengenai mata uang komoditi, Dolar Australia adalah mata uang yang paling besar korelasinya terhadap harga emas dunia. Secara historis, AUD/USD mempunyai korelasi positif 80% terhadap emas, sebagaimana nampak pada gambar berikut:Pasangan mata uang utama lainnya yang mempunyai korelasi terhadap emas adalah Dolar AS vs Franc Swiss (USD/CHF). Tidak seperti Australia yang merupakan penghasil emas nomor dua dunia, korelasi nilai tukar Franc Swiss terhadap harga emas disebabkan karena lebih dari 25% Franc Swiss yang beredar di-back-up oleh cadangan emas negara tersebut. Oleh karenanya, CHF mempunyai korelasi positif terhadap emas, atau USD/CHF dan emas mempunyai korelasi negatif.
Di sisi lain, harga emas dan Dolar AS cenderung mempunyai korelasi negatif. Secara tradisional, bila perekonomian global sedang tumbuh, investor cenderung untuk membeli Dolar AS dan menjual emas; demikian pula sebaliknya.
Minyak mentah, atau sering disebut juga sebagai "emas hitam" (black gold), adalah salah satu komoditi utama dunia yang sangat mempengaruhi pasar keuangan dunia. Energi industri di negara-negara ekonomi utama dunia masih sangat bergantung pada minyak. Oleh karena itu, fluktuasi harga minyak akan berdampak pada variabel biaya produksi dan transportasi yang pada akhirnya bisa mempengaruhi output negara tersebut. Karena harga minyak mentah dunia dipatok dengan Dolar AS, maka fluktuasi nilai Dolar AS akan berpengaruh langsung terhadap harga minyak dunia.
Sementara itu, USD/CAD adalah pasangan mata uang yang paling tinggi korelasinya terhadap harga minyak mentah dunia. Nilai tukar CAD mempunyai korelasi positif terhadap harga minyak; sehingga jika harga minyak naik, maka CAD akan naik atau USD/CAD turun; demikian pula sebaliknya. Berikut korelasi antara harga minyak mentah dunia dan USD/CAD antara tahun 2000-2011:
Kesimpulan Mengenai Analisa Intermarket
Dari beberapa ulasan sebelumnya, sebagai dasar untuk analisa intermarket dalam trading forex dapat disimpulkan:- Ada korelasi positif antar pasar saham dunia, sehingga jika indeks Dow Jones turun, maka kemungkinan indeks Nikkei juga turun. Di sisi lain, ada korelasi positif antara indeks saham dan nilai tukar mata uang suatu negara. Jika indeks Nikkei (indeks saham Jepang) melemah, maka USD/JPY juga melemah (JPY menguat); demikian pula sebaliknya.
- Ada korelasi positif antara pasar saham, obligasi, dan nilai tukar mata uang suatu negara. Kenaikan indeks saham dan yield obligasi menandakan prospek pendapatan (return) meninggi yang akan menarik investor masuk, sehingga menyebabkan permintaan mata uang lokal juga meningkat.
- Apabila selisih yield obligasi antara dua negara melebar, maka mata uang negara dengan yield obligasi lebih tinggi akan menguat terhadap mata uang negara yang yield obligasinya lebih rendah.
- Jika harga emas naik, maka Dolar AS cenderung melemah, AUD/USD dan NZD/USD naik (selain karena ada korelasi positif antara AUD dan NZD, Selandia Baru juga penghasil emas), sedangkan USD/CHF turun. Jika harga emas naik, maka EUR/USD cenderung naik. Emas dan mata uang Euro sering diartikan sebagai "Anti-Dollar" atau aset yang pergerakan harganya berlawanan terhadap pergerakan Dolar AS.
- Pergerakan Dolar AS berpengaruh terhadap harga minyak. Jika harga minyak mentah dunia naik, maka USD/CAD turun.
Hubungan-hubungan yang dapat diamati melalui analisa intermarket ini nampak dalam pergerakan harga jangka panjang, sehingga bermanfaat untuk dijadikan bahan pertimbangan tambahan saat trading forex dan memberikan konteks ketika melihat dinamika pasar. Namun, korelasi positif dan negatif dalam analisa intermarket tidak bersifat mutlak, melainkan dapat berubah-ubah tergantung pada apakah kondisi perekonomian sehat atau krisis. Penerapan analisa intermarket dalam trading forex sebaiknya disertai dengan pengamatan mengenai kondisi fundamental ekonomi global.