Metodologi Swing Trading
Kalau Anda masih baru saja belajar trading Forex, kemungkinan besar inilah pertama kali Anda menemui istilah Swing Trading. Sudah jadi rahasia umum, sebagian besar trader pemula sangat menyukai scalping atau day trading. Beberapa dari mereka masih bertahan dengan gaya trading berjangka waktu pendek, tapi ada juga yang akhirnya tidak betah, lalu mencari metode trading baru. Itulah kenapa Strategi Swing Trading menjadi alternatif menjanjikan.
Apa Itu Swing Trading?
Pengertian paling gampangnya, Swing Trading adalah strategi trading yang menempatkan eksekusi Buy atau Sell pada titik-titik pembalikan harga, sehingga bisa mendapatkan keuntungan seoptimal mungkin saat harga sedang bergerak ke arah tertentu. Sedangkan para trader yang sering menggunakan sistem ini sering dijuluki "Swing Trader".Swing Trader biasanya mencari pasangan mata uang dengan range trading yang cukup lebar. Namun, agar berjalan dengan baik, diperlukan sistem Swing Trading efektif yang paling tidak memperhatikan dua komponen dasar dan sangat penting, yaitu identifikasi tren secara tepat dan stop loss.
Perbandingan Swing Trading Dengan Scalping
Awal pertama berkenalan dengan dunia trading, trader pemula pasti mencari segala macam cara untuk mendapat keuntungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dari situ, sebagian besar dari mereka sudah dicekoki dengan segala macam tips dan trik scalping, betul?Memang, Scalping cukup mudah dilakukan, tapi risikonya juga relatif besar. Untuk mendapat keuntungan, trader biasanya terpancing untuk membuka banyak posisi dalam satu waktu. Kebiasaan beresiko tinggi ini akan menjadi lebih berbahaya lagi apabila trader pemula belum memahami Money Management dengan tepat.
Karena posisi yang dibuka lebih dari satu, trader dituntut untuk mendedikasikan sejumlah besar perhatian dan waktu, agar bisa mengawasi akumulasi perolehan poin setiap posisi. Tidak masalah kalau Anda memang punya waktu luang, tapi kalau sibuk, kelengahan akan mengakibatkan kerugian besar pada akun trading. Solusinya, Strategi Swing Trading menawarkan fleksibilitas dan kemudahan dalam mengatur setup posisi trading.
Pertama, Strategi Swing Trading tidak menuntut trader untuk membuka banyak posisi trading. Satu posisi per minggu saja sudah cukup untuk mengeruk keuntungan. Setiap posisi pada Swing Trading memanfaatkan pergerakan trend secara maksimal. Ekspektasinya, setiap posisi strategi Swing Trading ditargetkan untuk meraih ratusan Pip.
Kedua, setiap posisi memfokuskan pada kualitas, bukan kuantitas. Buang kebiasaan buruk untuk membuka banyak posisi. Strategi Swing Trading menitikberatkan pada akurasi sinyal dan manajemen resiko untuk setiap posisinya, dari pembukaan sampai penutupan.
Ketiga, strategi sistem trading menerapkan prinsip "set and forget". Karena setiap posisi Swing Trading sudah diamankan dengan manajemen resiko dan targetnya juga sudah jelas, maka Anda tidak perlu lagi mengawasi pergerakan harga terus menerus.
Tiga faktor di atas jelas memberikan keunggulan bagi trader dengan kesibukan tinggi, tapi sebelum belajar mengaplikasikan strategi Swing Trading, Anda harus paham dengan pengertian dan disiplin sistemnya.
Aplikasi Dasar Swing Trading
Untuk mendapatkan sinyal Swing Trading, kita perlu mengidentifikasikan arah dan kekuatan trend terlebih dulu. Perlu dicatat, keberhasilan strategi Swing Trading sebagian besar bertumpu pada proses identifikasi arah pergerakan trend tersebut.Banyak metode untuk mengenali arah dan kekuatan trend, tapi cara paling sederhana adalah dengan mengamati pergerakan harga itu sendiri pada grafik (chart).
Perhatikan pergerakan harga pada pasangan-pasangan mata uang berikut.
Kualitas sinyal tradingnya diurutkan dari terburuk sampai terbaik:
Kalau dengan mata telanjang saja kita susah menentukan arah pergerakan harga, tidak perlu repot-repot untuk menyiapkan setup strategi Swing Trading. Lupakan saja grafik seperti ini, mending move on ke chart lain yang lebih menjanjikan.
Sekilas tampak kurang mulus, tapi pergerakan harga seperti ini masih dapat kita kenali karena posisinya relatif konsisten ke satu arah. Kondisi trend seperti ini masih bisa diperhitungkan untuk strategi Swing Trading, tapi lebih baik lagi kalau kita tahu di mana titik Support dan Resistance-nya.
Mengetahui Support dan Resistance dapat membantu kita untuk memastikan kapan kira-kira pergerakan harga "kurang mulus" ini akan berlanjut atau malah berbalik arah.
Wah, kalau Anda menemukan pergerakan harga semulus ini, jangan sampai dilewatkan. Memang agak jarang muncul, tapi akurasi sinyalnya paling tinggi.
Kalau dengan mata telanjang saja kita susah menentukan arah pergerakan harga, tidak perlu repot-repot untuk menyiapkan setup strategi Swing Trading. Lupakan saja grafik seperti ini, mending move on ke chart lain yang lebih menjanjikan.
Sekilas tampak kurang mulus, tapi pergerakan harga seperti ini masih dapat kita kenali karena posisinya relatif konsisten ke satu arah. Kondisi trend seperti ini masih bisa diperhitungkan untuk strategi Swing Trading, tapi lebih baik lagi kalau kita tahu di mana titik Support dan Resistance-nya.
Mengetahui Support dan Resistance dapat membantu kita untuk memastikan kapan kira-kira pergerakan harga "kurang mulus" ini akan berlanjut atau malah berbalik arah.
Wah, kalau Anda menemukan pergerakan harga semulus ini, jangan sampai dilewatkan. Memang agak jarang muncul, tapi akurasi sinyalnya paling tinggi.
Setelah mengenali arah trend, tugas berikutnya adalah menentukan kemana harga akan berpotensi untuk bergerak nantinya. Ingat, kata kuncinya adalah "berpotensi", jadi mau sebagus apapun sinyal strategi Swing Trading, pasti ada saja kemungkinan meleset. Tenang, kita akan mempelajari bagaimana cara menangani skenario terburuknya dengan menyusun sistem trading.
Menyusun Sistem Swing Trading
Sistem trading pada dasarnya adalah panduan bagi trader untuk menentukan langkah-langkah trading apa saja yang harus dilakukan saat muncul kondisi A sampai Z. Aturan buka dan tutup posisi trading juga sudah termasuk komponen penting dalam suatu sistem.Ada beberapa indikator yang bisa kita gunakan untuk menyusun sistem Swing Trading, misalnya Weekly Pivot Point. Pivot Poin dapat menunjukkan di mana letak Support dan Resistance secara obyektif, jadi kita tidak perlu lagi menebak-nebak atau menggambar sendiri di mana posisi S/R-nya.
Support dan Resistance dapat membantu kita untuk mengetahui di level harga berapa harga akan berpotensi untuk terus bergerak ke satu arah saja atau malah berbalik arah. Misalnya, jika harga sedang mendaki, maka level Resistance adalah "batas visual"-nya, kalau harga mampu menembusnya berarti ada kemungkinan besar akan terus meroket. Sebaliknya, kalau harga menampilkan candlestick perlawanan seperti Pin Bar, berarti ada potensi untuk terjadi pembalikan arah trend.
Mari kita simulasikan sistem swing trading dengan contoh-contoh berikut:
Pada pair GBPUSD (Daily) di atas, trend terlihat cukup jelas masih mendaki. Pertanyaan berikutnya, kira-kira kemana si Cable akan bergerak? Apakah dia masih punya cukup momentum untuk terus bergerak naik atau malah berbalik, terjun ke bawah?
Coba perhatikan proyeksi garis hijau, harga diprediksikan akan menembus R1 (Resistance level pertama) pada Weekly Pivot Point, turun sedikit untuk mengetes level tadi, lalu kembali mendaki hingga mencapai Resistance berikutnya. Pada skenario Bullish ini, Anda dapat membuka posisi trading saat badan candlestick ditutup di atas level R1.
Ada juga kemungkinan harga berbalik arah dari proyeksi garis merah. Jika ternyata harga berusaha mencapai level R1 tapi masih ditutup di bawah R1, persiapkan posisi Short (Sell). Formasi-formasi candle seperti Bearish Pin Bar, Three Inside Down, Evening Star dapat mengonfirmasi potensi pembalikan arah dari Uptrend ke Downtrend.
Sekarang kita berpindah ke chart USD/JPY (Daily). Pada chart di atas, meski harga tampak relatif patah-patah, tapi barisan candlestick Bearish masih mendominasi (19 candle merah vs. 16 Candle hijau) dengan nilai High dan Low yang terus menurun.
Selama Downtrend, garis merah memproyeksikan potensi harga untuk terus menurun. Siapkan posisi Short saat harga ditutup di bawah level S1. Harga masih mungkin untuk mengetes batas S1 kembali, tapi kalau harga sudah ditutup di bawah level tadi, maka level Support menjadi level Resistance.
Skenario reversal ditunjukkan oleh pergerakan garis hijau. Awalnya, harga tampil mendatar sebagai indikasi bahwa kekuatan Buyer dan Seller masih seimbang. Bersiagalah dengan posisi Long (Buy) saat harga sempat melorot hingga menyentuh batas S1, tapi harga malah ditutup di atasnya. Cari formasi Candle Morning Star, Three Inside Up, Bullish Pinbar untuk mengonfirmasi sinyal reversal dari Downtrend ke Uptrend.
Catatan: Semua chart di atas menggunakan timeframe Daily karena Pivot Poin yang digunakan menggunakan harga penutupan, tertinggi dan terendah selama 1 minggu terakhir. Kalau Anda ingin menggunakan timeframe H4, gunakanlah Daily Pivot Point.
Stop Loss
atau jual rugi juga merupakan salah satu komponen penting dalam suatu
sistem trading. Banyak trader Forex biasanya mengeksekusi market order
dengan Strategi Swing Trading tanpa terlebih dahulu menyiapkan level Cut
Loss. Padahal, tidak ada sistem trading yang menjamin 100% win rate.a. Selama Uptrend
Pada pair GBPUSD (Daily) di atas, trend terlihat cukup jelas masih mendaki. Pertanyaan berikutnya, kira-kira kemana si Cable akan bergerak? Apakah dia masih punya cukup momentum untuk terus bergerak naik atau malah berbalik, terjun ke bawah?
Coba perhatikan proyeksi garis hijau, harga diprediksikan akan menembus R1 (Resistance level pertama) pada Weekly Pivot Point, turun sedikit untuk mengetes level tadi, lalu kembali mendaki hingga mencapai Resistance berikutnya. Pada skenario Bullish ini, Anda dapat membuka posisi trading saat badan candlestick ditutup di atas level R1.
Ada juga kemungkinan harga berbalik arah dari proyeksi garis merah. Jika ternyata harga berusaha mencapai level R1 tapi masih ditutup di bawah R1, persiapkan posisi Short (Sell). Formasi-formasi candle seperti Bearish Pin Bar, Three Inside Down, Evening Star dapat mengonfirmasi potensi pembalikan arah dari Uptrend ke Downtrend.
b. Selama Downtrend
Sekarang kita berpindah ke chart USD/JPY (Daily). Pada chart di atas, meski harga tampak relatif patah-patah, tapi barisan candlestick Bearish masih mendominasi (19 candle merah vs. 16 Candle hijau) dengan nilai High dan Low yang terus menurun.
Selama Downtrend, garis merah memproyeksikan potensi harga untuk terus menurun. Siapkan posisi Short saat harga ditutup di bawah level S1. Harga masih mungkin untuk mengetes batas S1 kembali, tapi kalau harga sudah ditutup di bawah level tadi, maka level Support menjadi level Resistance.
Skenario reversal ditunjukkan oleh pergerakan garis hijau. Awalnya, harga tampil mendatar sebagai indikasi bahwa kekuatan Buyer dan Seller masih seimbang. Bersiagalah dengan posisi Long (Buy) saat harga sempat melorot hingga menyentuh batas S1, tapi harga malah ditutup di atasnya. Cari formasi Candle Morning Star, Three Inside Up, Bullish Pinbar untuk mengonfirmasi sinyal reversal dari Downtrend ke Uptrend.
Catatan: Semua chart di atas menggunakan timeframe Daily karena Pivot Poin yang digunakan menggunakan harga penutupan, tertinggi dan terendah selama 1 minggu terakhir. Kalau Anda ingin menggunakan timeframe H4, gunakanlah Daily Pivot Point.
Supaya kerugian dapat dikontrol, sistem Swing Trading harus dapat dengan jelas menetapkan level Cut Loss tersebut. Caranya adalah menerapkan rasio Risk Versus Reward dengan disiplin. Kalau anda sudah membuka posisi, maka jarak SL dan TP bisa ditentukan melalui perhitungan rasio Risk/Reward-nya.