PIVOT POINT


 Pivot Point Dalam Trading Forex

Pivot Point adalah salah satu cara yang banyak digunakan oleh trader untuk menentukan Support dan Resistance pada pergerakan harga. Pivot Point dibuat berdasarkan harga tertinggi (High), harga terendah (Low), dan harga penutupan (Close) pada periode sebelumnya, untuk menghasilkan estimasi level Support dan Resistance pergerakan harga di masa depan.

Sebagaimana diketahui, trading forex memerlukan level-level referensi, yaitu Support dan Resistance yang digunakan untuk menentukan kapan kita mesti entry, serta dimana kita harus menentukan level Stop Loss dan target (Take Profit). Jika Anda perhatikan, level-level Support dan Resistance sangat penting untuk menentukan besarnya resiko dalam trading. Tanpa perhitungan resiko yang benar, besar kemungkinannya Anda akan terkena Margin Call. Sebaliknya, dengan menentukan resiko yang sesuai pada setiap trade, maka dalam jangka panjang hasil trading Anda akan cenderung profitable.

Salah satu alat yang secara nyata membantu dalam menentukan level-level referensi Support dan Resistance yang potensial adalah Pivot Point. Nah, artikel ini menelaah akurasi Pivot serta mencontohkan kombinasi antara Pivot Point dan indikator teknikal yang akan lebih powerful dan lebih efektif dalam trading forex, dibandingkan jika Anda hanya trading menggunakan indikator teknikal saja.

Pivot Point Dalam Trading Forex

Pivot Point pada mulanya digunakan oleh para trader saham dan futures, tetapi sekarang sudah lazim digunakan dalam trading forex, terutama untuk jangka pendek. Yang sering digunakan adalah Pivot Point Harian, yaitu Pivot Point yang dihitung berdasarkan harga penutupan hari sebelumnya. Trader biasanya menggunakan harga penutupan pasar New York sebagai patokan yaitu jam 4:00 p.m EST atau sekitar jam 4:00 pagi WIB.

Berikut ini contoh Pivot Harian dan level-level Support dan Resistance pada GBP/USD 1 jam. Level Pivot, Support dan Resistance tersebut digunakan sebagai referensi trading pada hari tersebut (pada contoh di bawah adalah untuk tanggal 8 Mei 2014):

Pivot Point Dalam Trading Forex

Level Pivot dihitung dengan formula:
Pivot  = (High hari sebelumnya + Low hari sebelumnya + Close hari sebelumnya) / 3
Sedangkan level-level Support dan Resistance yang diturunkan dari level Pivot, dihitung dengan formula:
Resistance pertama (R1) = (2 x Pivot) - Low hari sebelumnya
Support pertama (S1) = (2 x Pivot) - High hari sebelumnya
Resistance ke-2 (R2) = Pivot + (High hari sebelumnya - Low hari sebelumnya)
Support ke-2 (S2) = Pivot - (High hari sebelumnya - Low hari sebelumnya)
Resistance ke-3 (R3) = High hari sebelumnya + 2 x (Pivot - Low hari sebelumnya)
Support ke-3 (S3) = Low hari sebelumnya - 2 x (High hari sebelumnya - Pivot)
Dalam aktivitas trading, Anda tidak harus menghitung Pivot Point secara manual. Anda dapat memanfaatkan custom indicator untuk memunculkan Pivot Points secara otomatis pada software trading (Metatrader).

Akurasi Pivot Point Sebagai Support Dan Resistance

Seberapa akuratkah perhitungan Pivot Point sebagai acuan level Support dan Resistance? Untuk menguji akurasinya, bisa dilakukan untuk n hari dengan cara:
  • Mengurangi level terendah (Low) aktual pada hari tersebut dengan level Support berdasarkan Pivot Point, yaitu: – S1, Low – S2, Low – S3.
  • Mengurangi level tertinggi (High) aktual pada hari tersebut dengan level Resistance berdasarkan Pivot Point, yaitu: High – R1, High – R2, High – R3.
  • Hitung nilai rata-ratanya untuk setiap hasil perhitungan tersebut.
Jika diterapkan pada pasangan EUR/USD sejak diluncurkannya pada Januari 1999 hingga awal tahun 2010, maka:
  • Rata-rata Low aktual adalah 1 pip di bawah level Support 1.
  • Rata-rata High aktual adalah 1 pip di bawah level Resistance 1.
  • Rata-rata Low aktual adalah 53 pip di bawah level Support 2.
  • Rata-rata High aktual adalah 53 pip di bawah level Resistance 2.
  • Rata-rata Low aktual adalah 158 pip di bawah level Support 3.
  • Rata-rata High aktual adalah 159 pip di bawah level Resistance 3.
Dari statistik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa level-level S1 dan R1 cukup akurat untuk mengukur level Low aktual dan High aktual. Anda akan mengetahui kemungkinan [ergerakan harga terbaik setelah melakukan riset untuk mengetahui akurasi Pivot Point pada pasangan mata uang favorit Anda, atau pasangan mata uang yang sedang Anda trading-kan.

Pivot Point Untuk Menentukan Stop Loss Dan Take Profit

Sebagai kelanjutan dari pengujian akurasi di bagian sebelumnya, untuk pasangan EUR/USD kita akan lihat jumlah hari trading ketika level Low hari tersebut berada di bawah S1, S2 dan S3; serta jumlah hari trading ketika level High hari tersebut berada di atas R1, R2 dan R3. Dari sejak EUR/USD diperdagangkan hingga 12 Oktober 2006 (ada 2026 hari trading) diperoleh:
  • Level Low yang lebih rendah dari S1 sebanyak 892 kali, atau 44% dari keseluruhan jumlah hari trading.
  • Level High yang lebih tinggi dari R1 sebanyak 853 kali, atau 42% dari keseluruhan jumlah hari trading.
  • Level Low yang lebih rendah dari S2 sebanyak 342 kali, atau 17% dari keseluruhan jumlah hari trading.
  • Level High yang lebih tinggi dari R2 sebanyak 354 kali, atau 17% dari keseluruhan jumlah hari trading.
  • Level Low yang lebih rendah dari S3 sebanyak  63  kali, atau   3% dari keseluruhan jumlah hari trading.
  • Level High yang lebih tinggi dari R3 sebanyak  52  kali, atau   3% dari keseluruhan jumlah hari trading.
Informasi di atas sangat berguna dalam menentukan level Stop Loss dan Take Profit yang potensial. Jika Anda tahu level Low pasangan mata uang tersebut sampai di bawah S1 sebanyak 44%, maka tentunya Anda akan cukup yakin untuk menempatkan level Stop Loss di bawah S1. Demikian juga level Take Profit bisa Anda tentukan di bawah R1; karena secara historis, 42% kejadian harga tertinggi (High) sampai di atas R1, sedangkan 58% kejadian harga tertinggi sampai di bawah R1.

Meski demikian, semua ini merupakan kemungkinan yang muncul dari pergerakan harga historis, serta bukan sesuatu yang pasti terjadi di masa depan.

Kombinasi Pivot Point dan Indikator Oscillator

Dalam trading forex, level-level support dan resistance yang diturunkan dari pivot point juga lazim dikombinasikan dengan indikator oscillator, yang populer adalah indikator Relative Strength Index (RSI). Berikut contoh kombinasi dengan melihat divergensi RSI dan level-level Support dan Resistance:

Pivot Point Dalam Trading Forex

Pada contoh di atas, tampak divergensi bearish pada indikator RSI, sehingga asumsi kita pergerakan harga selanjutnya akan turun. Entry Sell bisa dilakukan setelah R1 (yang saat itu telah menjadi Support pergerakan harga) ditembus dari atas ke bawah, bersamaan dengan garis RSI yang menembus level overbought-nya dari atas ke bawah. Stop Loss ditempatkan pada level harga tertinggi sebelumnya, sedangkan target (Take Profit) ditentukan pada level Pivot Point-nya. 

Trading dengan ketentuan yang sama dapat dilakukan lagi pada hari berikutnya, karena divergensi indikator RSI nampaknya belum berakhir.

Waktu Untuk Menentukan Perhitungan Pivot Point

Pivot Point bisa dihitung dan ditentukan secara harian berdasarkan harga tertinggi dan terendah hari sebelumnya, atau ditentukan setiap minggu (Pivot Mingguan atau Weekly Pivot) berdasarkan harga tertinggi dan terendah minggu sebelumnya. Dalam kasus tertentu juga bisa ditentukan bulanan. Trader Harian (Day Trader) selalu menentukan Pivot Point secara harian, sedang Swing Trader biasanya menentukan Pivot secara harian dan mingguan.

Penggunaan Pivot Point

Para trader profesional dan mereka yang telah berpengalaman sering menggunakan Pivot Point guna mengidentifikasi level-level Support dan Resistance (SR) yang potensial. Kenapa titik-titik Pivot ini begitu menarik? Jawabnya karena cukup obyektif dibandingkan leading indicator yang lain. Pada dasarnya, Pivot Point adalah suatu level harga yang dengan menggunakannya maka bisa ditentukan level-level Support dan Resistance pada suatu periode tertentu, berdasarkan pergerakan harga periode sebelumnya.

Trader menggunakan Pivot Point dengan cara mirip penggunaan level Fibonacci Retracement, dalam hal hampir semua pelaku pasar memperhatikan level-level tersebut dalam memprediksi arah pergerakan harga. Hanya saja, perbedaannya, untuk menentukan titik swing high dan swing low pada level-level Fibo Retracement masih ada unsur subyektif, tergantung dari analisa trader masing-masing. Di sisi lain, untuk menentukan Pivot Point berikut level-level SR-nya, para trader forex menggunakan suatu metode (rumus baku) yang sama.

Pivot Point khususnya berguna bagi trader jangka pendek atau trader harian yang bermaksud mengambil keuntungan dari pergerakan harga yang tidak begitu besar. Seperti halnya metode trading yang mengandalkan level-level Support dan Resistance lainnya, trader bisa menerapkan konsep bounce dan breakout pada level-level tersebut. Dengan cara bouncing, trader mencoba menentukan level pembalikan arah (reversal), sedangkan trader yang gemar bermain breakout dapat mencoba mengidentifikasi level SR sebagai acuan terjadinya break pada level tersebut. Selanjutnya, mereka akan membuka posisi buy atau sell dekat dengan level-level tersebut.

Berikut contoh Pivot Point dan level-level SR pada chart EUR/USD 1-Hour. PP adalah Pivot Point, R1 adalah level Resistance pertama, R2 merupakan Resistance ke 2, S1 level Support pertama, S2 level Support kedua, dan seterusnya.

Penggunaan Pivot Point

Menentukan Pivot Point Serta Level Support Dan Resistance

Untuk menentukan level-level Support dan Resistance, pertama kali kita mesti menentukan Pivot Point. Pivot Point ditentukan berdasarkan harga tertinggi, terendah, dan penutupan pada hari sebelumnya. Pada umumnya, trader menggunakan acuan penutupan pasar New York, yaitu pada jam 4:00 p.m EST atau sekitar jam 4:00 pagi WIB.
Pivot Point (PP) = (harga tertinggi + harga terendah + harga penutupan)/3

Level Resistance pertama (R1) = (2 x PP) - harga terendah
Level Support pertama (S1) = (2 x PP) - harga tertinggi
Level R2 = PP + (harga tertinggi - harga terendah)
Level S2 = PP - (harga tertinggi - harga terendah)
Level R3 = harga tertinggi + 2 x (PP- harga terendah)
Level S3 = harga terendah - 2 x (harga tertinggi - PP)
Perlu diketahui, Anda tidak harus menghitung PP atau level-level Support dan Resistance setiap kali trade, karena saat ini sudah banyak platform trading yang menyediakan indikator Daily Pivot (Pivot Point Harian) dan bisa langsung diterapkan, termasuk pada platform trading populer Metatrader. Hanya saja, Anda mesti mengatur waktu penutupan berdasarkan jam acuan yang digunakan broker Anda.

Level Intermediate

Level Intermediate (mid point level) adalah level-level pertengahan antara PP dan S1, S1 dan S2, S2 dan S3, juga antara PP dan R1, R1 dan R2, R2 dan R3.

Penggunaan Pivot Point

Level Intermediate adalah level-level acuan yang kadang-kadang digunakan bila jarak PP ke S1 atau S1 ke S2 dan seterusnya cukup besar. Seringkali pergerakan harga bouncing pada level-level intermediate tersebut (seperti gambar contoh di atas). Oleh sebab itu, ketika trader menggunakan Pivot Point, level Intermediate sering dianggap sebagai level Support atau Resistance mini.

Menggunakan Pivot Point Untuk Trading Bouncing 

Cara trading yang sederhana menggunakan Pivot Point adalah memperlakukan level-level Pivot tersebut sebagaimana level Support dan Resistance. Biasanya, harga akan menguji level-level tersebut sebelum bouncing (berbalik arah gerak) atau break (meneruskan arah gerak). Bahkan, pengujian bisa terjadi beberapa kali. Karena berfungsi sebagai Support atau Resistance, maka sifat-sifat dasar SR juga berlaku. Makin sering harga gagal menembus level tersebut, maka akan semakin kuat level Support atau Resistance.

Dengan menggunakan Pivot Point, maka kesempatan entry diperoleh ketika harga telah berada pada salah satu level Pivot tersebut, terlepas dari apakah prediksi harga akan bouncing atau break. Contoh berikut adalah entry buy di atas level Support, dengan asumsi ketika harga telah gagal menembus Support, maka akan terjadi bouncing.

Penggunaan Pivot Point

Level target profit bisa ditentukan pada PP (Pivot Point) atau R1 (resistance pertama), atau diantara level tersebut tergantung dari Rasio Risk/Reward yang direncanakan. Jika Anda tergolong trader yang agresif, maka level Stop Loss bisa ditempatkan pada beberapa pip di bawah S1 (support pertama), sehingga Rasio Risk/Reward cukup tinggi. Namun, trader yang konservatif akan menentukan level stop loss di bawah S2 (support kedua) dengan asumsi jika harga menembus S1 tetapi tidak menembus S2, maka masih ada kemungkinan bouncing.

Yang terjadi kemudian adalah: Ternyata pergerakan harga mengalami bouncing pada level S1 dan PP.

Penggunaan Pivot Point
Agar Anda lebih percaya diri ketika entry, gunakan juga indikator teknikal sebagai konfirmator untuk mengetahui kekuatan level SR, karena pada dasarnya Pivot adalah level-level Support dan Resistance. Selain itu, Anda juga bisa mengamati formasi candlestick dan setup Price Action yang terbentuk.

Menggunakan Pivot Point Untuk Trading Breakout 

Trading bouncing menggunakan Pivot Point tidak selalu berjalan baik, walaupun level SR cukup kuat. Terutama pada waktu pembukaan sesi Eropa atau New York, pergerakan harga cenderung sering break (menembus) level-level Pivot. Juga pada saat sentimen pasar sedang kuat seperti ketika rilis data fundamental penting. Berikut contoh pergerakan harga yang break pada level-level Pivot:

Penggunaan Pivot Point

Dari gambar di atas tampak bahwa sentimen pasar sedang kuat dengan harga pembukaan yang di atas PP. Pada pergerakan selanjutnya, harga menembus R1, R2 dan R3 sebelum kembali menembus R3 dan bouncing di R2. Bagi trader yang agresif, kondisi pasar yang seperti ini tentu sangat menguntungkan.

Yang penting untuk diperhatikan adalah; sebelum benar-benar menembus level Resistance, harga selalu melakukan retest pada level tersebut. Amati retest pada tanda-tanda lingkaran pada gambar di atas. Sekali lagi, agar Anda lebih percaya diri, bisa diamati setup Price Action dan formasi candlestick yang terbentuk, serta menggunakan indikator teknikal sebagai sarana konfirmator.

Menentukan Stop Loss Dan Target Dengan Level Pivot

Bila Anda cenderung agresif dan trading dengan cara breakout, mungkin hal yang agak sulit adalah menentukan level Stop Loss atau resiko. Pada cara trading dengan level Pivot yang konservatif (cara bouncing), resiko biasanya ditentukan beberapa pip di atas atau di bawah level pivot sebelumnya. Namun bila Anda menggunakan cara breakout, maka penentuan level Stop Loss yang seperti ini akan boros pip, atau dengan kata lain mengandung risiko terlalu besar.

Penggunaan Pivot Point

Pada contoh di atas, jika Anda entry buy di sekitar area breakout A, maka Stop Loss bisa ditentukan pada level Intermediate atau pada level terendah bar sebelumnya. Bilamana Anda terbiasa dengan pengamatan formasi candlestick atau setup Price Action, Anda bisa menentukan Stop Loss berdasarkan formasi bar yang terbentuk. Trader yang agresif selalu menentukan resiko seminimal mungkin guna memperoleh Risk/Reward Ratio yang memadai.

Untuk menentukan level target, Anda bisa menggunakan cara yang sama dengan cara bouncing, yaitu pada level Pivot berikutnya. Anda bisa menentukan target pada 2 atau 3 level Pivot di atas level entry untuk memperoleh Risk/Reward yang besar; tetapi jarang sekali pergerakan pasar yang melewati hingga 3 level Pivot sekaligus, kecuali pada kondisi pasar yang ekstrim. Pada umumnya, pergerakan harga akan berhenti pada satu level Pivot sebelum melanjutkan ke level berikutnya. Jika sentimen pasar berubah, maka pergerakan harga akan segera berbalik arah.

Pivot Point Sebagai Indikator Sentimen Pasar

Sentimen pasar dalam hal ini adalah kecenderungan pergerakan harga untuk bullish atau bearish. Yang umum digunakan sebagai patokan adalah harga pembukaan (opening price) pada sesi perdagangan hari itu dan Pivot Point yang dihitung berdasarkan batas-batas harga pada hari sebelumnya.

Misalnya, jika pada sesi Asia, harga dibuka di atas Pivot Point, maka pada sesi tersebut sentimen pasar akan cenderung bullish. Namun, situasi bisa berubah pada sesi berikutnya (sesi Eropa) tergantung posisi pergerakan harga saat itu terhadap Pivot Point. Demikian pula pada sesi New York yang terjadi setelahnya.

Penggunaan Pivot Point
Pada gambar di atas tampak pergerakan harga membentuk gap di atas level Pivot. Lompatan harga atau gap yang terjadi menunjukkan sentimen bullish yang cukup kuat. Selanjutnya pergerakan harga mampu menembus level-level R1, R2 dan R3.

Penggunaan Pivot Point

Pada contoh GBP/USD di atas yang terjadi adalah sebaliknya. Setelah menguji level Pivot, harga turun tajam (ditandai dengan formasi candlestick bearish full body yang lebih panjang) hingga menembus level S1 dan S2. Meski karakteristik pergerakan harga terhadap Pivot Point tidak selalu demikian, tetapi sentimen pasar cenderung untuk bereaksi di sekitar level Pivot.

Penggunaan Pivot Point

Contoh di atas menunjukkan pergerakan harga yang cenderung bearish (1) dan slow pada sesi Asia, serta sempat menguji level S1. Namun, pada sesi Eropa, harga melambung hingga level R2. Perhatikan formasi bar saat harga menembus level Pivot (3). Nampak bahwa harga penutupan (Close) pada bar tersebut berada di atas Pivot.


Macam - Macam Cara Menghitung Pivot Point

Dalam pembahasan sebelumnya mengenai Pivot Point dalam trading forex, telah disebutkan suatu cara menghitung Pivot Point (PP) beserta Support dan Resistance yang menyertainya. Rumus Pivot Point standar tersebut berupa:
Pivot Point (PP) = (harga tertinggi + harga terendah + harga penutupan)/3
Dalam perkembangannya lebih lanjut, selain perhitungan Pivot Point dengan cara standar, ada beberapa metode untuk menentukan level-level Pivot. Metode tersebut tetap menghasilkan Pivot Point (PP), level-level Resistance (R1, R2, dan seterusnya) dan level-level Support (S1, S2, dan seterusnya). Hanya saja, cara perhitungannya agak berbeda.

Berdasarkan metode perhitungannya, macam - macam Pivot Point yang populer digunakan adalah Woodie Pivot Point, Camarrila Pivot Point dan Fibonacci Pivot Point.

Woodie Pivot Point

Metode untuk menghitung Woodie Pivot Point adalah sebagai berikut:
R2 = PP + (H - L)
R1 = (2 x PP)-L
PP = (H + L + 2C)/4
S1 = (2 x PP)-H
S2 = PP - (H + L)
Dalam rumus tersebut, C adalah harga penutupan hari sebelumnya (Close), H adalah level tertinggi hari sebelumnya (High), sedangkan L adalah level terendah hari sebelumnya (Low).

Dari formula di atas tampak bahwa cara menghitung Pivot Point (PP) berbeda dengan cara standard. Namun, R1, R2, S1 dan S2 dihitung dengan cara yang sama. Berikut tampilan Woodie Pivot Point dibandingkan dengan Pivot standar. Garis titik-titik adalah level-level Pivot yang dihitung dengan cara standar.

Penggunaan Pivot Point

Karena ditentukan dengan cara menghitung Pivot Point yang berbeda, maka level-level yang diperoleh juga berbeda meski tidak signifikan. Trader yang merekomendasikan metode ini mempunyai alasan bahwa level PP Woodie lebih memberi tekanan pada harga penutupan hari sebelumnya yang merupakan acuan penting bagi level Pivot. Tentunya mereka telah menguji metode ini sebelum membuat kesimpulan. Namun demikian, penerapannya dalam trading sama dengan metode standar, terutama untuk entry dengan cara bouncing ataupun breakout.

Camarilla Pivot Point

Metode untuk menghitung Camarilla Pivot Point adalah sebagai berikut:
R4 = C + ((H-L) x 1.5000)
R3 = C + ((H-L) x 1.2500)
R2 = C + ((H-L) x 1.1666)
R1 = C + ((H-L) x 1.0833)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = C - ((H-L) x 1.0833)
S2 = C - ((H-L) x 1.1666)
S3 = C - ((H-L) x 1.2500)
S4 = C - ((H-L) x 1.5000)
Bagi yang belum terbiasa dengan perhitungan Camarrila Pivot, maka metode ini terkesan agak kompleks karena harus menentukan 8 level utama, yaitu 4 level Resistance dan 4 level Support. Selain itu, metode ini juga menggunakan besaran pengali (multiplier) tertentu yang merupakan ciri utama Camarrila Pivot. Konsep utama metode ini adalah secara alami pergerakan harga akan cenderung kembali ke level rata-ratanya, atau dalam hal ini, harga penutupan hari sebelumnya.

Meski level PP sama dengan hasil perhitungan metode standar, tetapi dengan faktor besaran pengali tersebut maka muncul perbedaan pada Support dan Resistance. Level-level Resistance tidak mesti berada di atas level PP, sedangkan level-level Support tidak selalu di bawah level PP seperti pada contoh berikut (garis titik-titik adalah level-level Resistance atau Support yang dihitung dengan cara standar).

Pada contoh di bawah ini tampak level support S1 dan S2 berada di atas level Camarrila PP.

Penggunaan Pivot Point

Fibonacci Pivot Point

Fibonacci Pivot Point adalah kombinasi antara level-level Fibonacci Retracement dan level-level Pivot Point, yang ditentukan dengan formula sebagai berikut:
R3 = PP + ((H-L) x 1.000)
R2 = PP + ((H-L) x 0.618)
R1 = PP + ((H-L) x 0.382)
PP = (H + L + C)/3
S1 = PP - ((H-L) x 0.382)
S2 = PP - ((H-L) x 0.618)
S3 = PP - ((H-L) x 1.000)
Dalam hal ini, metode perhitungan Pivot Point sama dengan metode standar. Namun, level-level Resistance dan Support harus dikalikan dengan level Fibonacci Retracement, yaitu 38.2% atau 0.382, 61.8% atau 0.618, dan 100% atau 1.000. Tujuan dari kombinasi Pivot Point dan Fibo Retracement ini guna meningkatkan ketelitian dalam menentukan acuan level Resistance dan Support.

Perhatikan contoh berikut (garis titik-titik adalah level-level Resistance atau Support yang dihitung dengan metode standar):

Penggunaan Pivot Point

Karena pengaruh faktor pengalian Fibo Retracement, maka level R1 dan R2 untuk Fibo Pivot lebih kecil dibanding hasil perhitungan Pivot Standard. Demikian pula level S1 dan S2 Fibo Pivot lebih besar dari Pivot standar. Karena Fibo Retracement sering digunakan untuk trading dengan cara bouncing, maka Fibo Pivot juga digunakan dengan cara yang sama, terutama setelah pergerakan harga menembus level PP.

Pivot Point Mana Yang Paling Akurat?

Diantara empat cara menghitung Pivot Point tersebut, metode mana yang paling akurat? Pivot Point, seperti halnya alat bantu prediksi yang lain, tidak ada yang bisa dikatakan paling akurat. Mungkin metode standar bisa akurat pada suatu waktu, tetapi pada saat lain Camarilla Pivot lebih akurat.

Meski demikian, yang umum dan paling populer adalah metode standar, kemudian disusul Fibo Pivot. Sedangkan bagi Scalper lebih menyukai menggunakan Camarilla Pivot karena range trading mereka cenderung sangat sempit.

Trader pada umumnya menggunakan level Pivot Point (standar) terutama untuk mengetahui sentimen pasar, baru kemudian level Resistance dan Support-nya. Biasanya Pivot Point dikombinasikan dengan indikator teknikal lainnya sebagai konfirmator seperti indikator oscillator (MACD, Stochastic, RSI) atau indikator trend (Moving Averages, ADX).